Kotoran ternak (sapi, babi, kerbau, kambing, ayam dll) selama ini kurang diperhatikan oleh sebagian besar masyarkat, khususnya masyarakat peternak. Kotoran tersebut biasanya dibuang begitu saja tanpa memperhatikan dampak lingkungan sekitar dan sungai adalah tempat paling strategis dijadikan tempat pembuangan limbah tersebut, karena dengan membuang kotoran disungai peternak tidak lagi melihat dan merasakan bau menyengat yang ditimbulkan oleh kotoran tersebut. Tidak ada perasaan bersalah yang terpikirkan olehnya dan apa yang dilakukan itu merupakan hal biasa dan wajar.
Betulkah demikian......?
Masyarakat yang berada disekitar aliran sungai yang dijadikan tempat pembuangan kotoran pasti merasa sangat terganggu karena bisa menimbulkan penyakit. Dan bila kotoran ternak itu tidak dibuang ke sungai, biasanya peternak akan menimbunnya pada sebagian lahan kosong yang berada disekitar rumahnya. Hari demi hari, minggu demi minggu bahkan berbulan-bulan kotoron terus ditumpuk hingga mengunung. Aroma tidak sedap mulai menusuk penciuman masyarakat sekitar, lalat dan jentik mulai bermunculan. Lebih-lebih saat musim hujan seringnya terjadi perselisihan, hal ini biasanya disebabkan oleh limbah ternak yang mengalir kemana-mana mencemari lingkungan masyarkat sekitar.
Olah Limbah ternak
agar terhidar dari kondisi diatas, langkah alaternative yang bisa kita gunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan pembuatan media pengolah limbah, atau sering disebut reactor biogas.
Apa itu Reactor Biogas?
adalah suatu wadah yang dibangun untuk mengolah kotoran/limbah ternak. kotoran ternak dimasukan kedalam tabung reactor ( digester) akan menghasilkan gas metana. Gas yang dihasilkan oleh biodigester ini berasal dari fermentasi yang terjadi setelah dilakukan pencampuran antara kotoran ternak dengan air dalam ruang hampa udara. Gas ini kemudian dialirkan kedapur untuk memasak (kompor biogas). Gas Metana yang dihasilkan ini tidak berbahaya bagi pengguna karena bertekanan rendah tidak seperti LPG yang mempunyai tekan tinggi dan sangat beresiko bagi keselamatan pengguna. selain di jadikan kompor gas metan yang dihasilkan dari fermentasi ini, juga dapat dimanfaatkan sebagi lampu biogas. Lampu ini cukup terang dan dapat dijadikan lampu alternatif saat mati lampu atau pada daerah-daerah yang belum terpasang instalasi listrik. lampu ini berbentuk patromak dengan bahan bakar gas metana.
No comments:
Post a Comment